Fenomena Royalti Penulis Ebook

Kini ada fenomena menarik dalam akuisisi naskah buku bahwa penerbit mulai mencantumkan pasal tetang produk derivatif e-Book. Banyak penerbit yang mulai ancang-ancang memproduksi e-Book. Faktor yang mendorong juga munculnya e-Book Store, seperti Qbaca Telkom, Scoop, ataupun Wayang Force. Di sisi penulis yang awam, tentu akan banyak pertanyaan dalam pasal tersebut tentang eksploitasi hak ekonomi e-Book.

Hal-hal yang bakal muncul sebagai pertanyaan:
1. Harga jual e-Book pasti lebih murah daripada harga jual p-Book atau paper book karena memang hilangnya biaya produksi cetak dan distribusi.
2. Alhasil royalti e-Book akan lebih tinggi dari p-Book, misalnya Anda bisa dapat 15%-20% royalti, tetapi perlu diperhatikan itu apakah netto atau brutto. Royalti netto berarti Anda mendapatkan persentase setelah dikurangi biaya diskon e-Book Store atau bahkan ditambah biaya payment gateway. Payment gateway adalah biaya yang harus dikeluarkan e-Book Store untuk menaruh aplikasinya, seperti di Android atau Apple Store. Kalau royalti brutto, tentu Anda akan mendapatkan langsung persentase dari harga jual.

3. Keamanan e-Book akan terlindungi dengan digital right management (DRM) apabila e-Book store memberlakukannya, tetapi patut diperhatikan pengamanan file saat dikirim ke e-Book store, terutama dalam bentuk PDF. DRM membuat file e-Book dibatasi hanya dapat dibaca misalnya pada 3 device berbeda. Jadi, satu orang membeli e-Book, dia dapat menyimpannya di PC/Notebook, ponsel, atau tablet; dia juga dapat membaginya menjadi tiga e-Book kepada keluarga/teman/kerabatnya.
4. Sekali e-Book ditempatkan di e-Book Store maka ada ketentuan e-Book tidak dapat dihapus dari etalase meskipun perjanjian sudah berakhir. Apa pasal? Karena para pembeli e-Book sebelumnya dapat mengajukan pengunduhan ulang apabila file e-Book rusak. Dengan demikian, e-Book akan “mendekam” selamanya di e-Book store-tentu berdasarkan perjanjian tidak akan dijual lagi. Jadi, hal ini harus dipahami.